Injury Time :D

| | 0 komentar

Sekali lagi kutekan tombol dial hapeku, menaruhnya di telinga, menanti seseorang di sana segera menjawab  “halo  Assalamu Alaikum honey, sory bla..bla..bla..”, tapi tetap saja yang terdengar hanya nada sambung payphone dari maroon5 yang terdengar, panggilan berakhir tanpa jawaban.
“Kirain dah tidur mba’..!” tiba2 terdengar sapa dari belakang, Ady mengambil posisi disampingku, melepas sendalnya dan menjadikannya sebagai alas duduk.
“Masih menikmati langit dan bintang” jawabku sambil bergeser menjauh sedikit darinya.
“Tidak keberatankan kalau saya temani ?” tanyanya ketika melihat gerakanku tadi. Saya menggeleng tersenyum meski sebenarnya saya lagi ingin sendiri, menikmati kebiasaanku memandang langit dan bintang sendirian, apalagi malam ini sedang full moon langit tampak begitu indah, pancaran bintang-bintang begitu terang, begitu hening, begitu tenang, Beda dengan langit di kota, indah, tapi tidak seindah di daerah ini. Desa Garassikang, Jeneponto, sekitar 1 jam 30 menit  ke arah selatan dari kota Makassar. Tempat saya dn teman2ku mengadakan reunian.
Sebenarnya masih ingin menekan tombol dial, tapi keberadaan Ady mengurungkan niatku, takut mengganggu perasaanya jika seandainya ternyata telfonku terjawab dan saya harus meninggalkannya dan berbicara dengan orang di seberang sana. Seseorang di seberang sana, sedang apa dia, dimana, apa dia baik2 saja ? tanyaku pada bintang di atas sana.
“Indah ya..,” Ady mencoba membuka percakapan.
“iya, langit di kota tidak pernah seindah ini, kau lihat bintang yang paling terang itu, itu namanya Sirius” tunjukku pada satu bintang yang paling terang.
“inspirasi nama wali Harry Potter pasti dari bintang itu, Sirius” Ady teringat satu tokoh dalam cerita Harry Potter. “Kalau yang berjejer tiga itu ?” sambung Ady menunjuk ke arah bintang yang berjejer tiga.
“Tiga bintang itu adalah Alnitak, Alnilam, dan Mintaka dari sabuk Orion” melihat 3 bintang itu membuatku tersenyum, teringat 2 sahabatku semasa SMP dulu, kita sepakat kalau ketiga bintang itu adalah simbol persahabatan kami.

Saya masih hoby kok nge_ONET

| | 0 komentar


Jumat, 01.00 WITA
“Belum ngantuk ?” Yani menoleh ke arahku, tampak matanya sudah mulai berat untuk diajak tetap terjaga.
“Belum” jawabku sambil tetap menatap langit malam dari teras villa tempat kami berlibur saat ini.
“ Saya tidur duluan ya, dah ngantuk”, “ oke…”, ia pun beranjak masuk meninggalkanku sendiri di teras, bunyi derik2 papan kayu terdengar jelas ketika ia melangkahkan kaki.
Hening…
Ngiiiing.., ngiiing.., krik.., krik.., suara-suara serangga  mulai terdengar jelas, saya selalu menikmati irama yang dihasilkan oleh serangga seperti saat ini, menenangkan. Kutarik res jaketku,  menyelipkan tanganku dalam kantong jaket, yah udara dingin mulai menyeruak, membuatku harus duduk bersila sekedar untuk membuat kakiku tersembunyi dan sedikit merasa hangat.  Sesekali kuhembuskan nafas ke telapak tangan untuk menghangatkannya. Bersila, menatap langit bersama nyanyian malam, saya suka suasana seperti ini, “mencoba mendengar alam”  jawabku tiap ada yang menanyakan mengapa. Tapi sayang bintang malam ini tidak terlalu menampakkan sinarnya.
Temanku yang lain sudah tidur dari setengah jam yang lalu, sepertinya mereka kelelahan sedari tadi siang bermain dan memanjat tebing di pantai, tidak jauh dari villa ini. Liburan kali ini kita sepakat untuk kembali ke tempat KKN kami dulu, Jeneponto.
Rasanya sudah terlalu dingin, sayapun beranjak masuk ke dalam vila, menutup rapat pintu dan menguncinya. Sejenak berdiri menatap seisi vila, kecil, mungil, dengan beberapa jendela di tiap dinding, hanya ada satu hiasan di salah satu dinding, lukisan seorang gadis berambut panjang, mungkin pemilik villa ini. Beberapa teman laki-laki memilih untuk tidur di ruang tamu,  vila ini memang  kecil, cuma ada satu kamar, tapi lumayanlah untuk berhemat cost liburan kali ini. Mataku tertuju pada laptop seorang teman, hmmm.., saya belum ngantuk, dan entah mengapa belum berniat untuk tidur.
Kunyalakan laptop, mencari sesuatu yang menarik yang mungkin bisa menemaniku malam ini, setidaknya sampai saya memutuskan untuk tidur. Kucoba membuka file movie, mencari film-film bagus yang mungkin belum pernah saya nonton, tapi sepertinya selera filmku dengan pemilik laptop ini tidak sama.
Kuputuskan untuk bermain onet, sebuah game yang membutuhkan kejelian mata dengan mencari gambar yang sama. Cukup serius dengan permainan ini, tiba-tiba angin berhembus cukup kencang, vila terasa bergoyang, kayu-kayunya berbunyi. Tapi tidak cukup lama, suasana kembali hening, tapi saya merasa ada yang lain, merasa ada sesuatu yang ditinggal oleh angin yang berhembus tadi, tengkukku bergidik, bulu-bulu tanganku merinding, yah.., saya merasa aneh dengan keadaan ini. Tapi saya berusaha untuk kembali menyelesaikan permainan onet yang sedari tadi saya mainkan, berada di level pertengahan membuatku penasaran unutk menyelesaikannya sampai akhir.
Kembali hening…
“Tuk.., tuk..”
Saya masih asik menatap layar laptop, permainan ini tidak membiarkanmu untuk membuang waktu terlalu banyak.
“Tuk..tuk”
Suara apa itu ? pikirku, berhenti sejenak mencoba menyimak bunyi tadi, namun tak ada kelanjutan…
Kembali  memperhatikan gambar di layar laptop, tapi telingaku sudah terjaga untuk menanti bunyi yang sama selanjutnya
“Tuk..tuk..,”  suara itu kembali terdengar.
“Tuk..,” suara itu terdengar dari arah tangga, suaranya seperti sebuah tongkat yang bertumbukan dengan anak tangga.., masih penasaran kutunggu bunyi selanjutnya.
“Tuk..tuk..,”  yah,  kali ini saya yakin suara itu berasal dari tangga, suaranya jelas terdengar dari posisiku sekarang yang masih berada di ruang tamu, kucoba mengingat jumlah anak tangga villa ini, ada 9.., dan kucoba mengingat jumlah bunyi misterius yang tadi terdengar…, sudah 9.
Jika memang ada sesuatu  yang berusaha untuk naik ke tangga, seharusnya sekarang dia sudah berada di teras, tengkukku kembali bergidik, terasa kaku.., suara itu tak ada lagi, apakah benar dia sudah berada di teras ? mengawasiku dari balik jendela ? pikiranku mulai menduga  apa yang sebenarnya ada di teras sekarang ini.
Kulanjutkan bermain game,  tapi pikiranku masih memikirkan hal yang tadi.
Ah.., konsentrasiku buyar, saya kehabisan waktu untuk menyelesaikan game ini. Kulihat jamku sudah menunjuk pukul 01.55, saya memutuskan untuk mencoba tertidur, meski sebenarnya saya belum mengantuk.
Klik close, klik kanan -> refresh, klik windows, shut down. Kutunggu sampai laptop itu betul-betul mati, sebelum menutup layarnya.
Tapi…
Tunggu dulu, saya mencoba mengamati sosok yang ditangkap oleh layar laptop yang merefleksikan apa yang ada di belakangku..,
Astagfirullah..! Jantungku berdegup kencang, tapi saya masih bisa menahan diri untuk tidak berteriak.
Sesosok banyangan tepat berada di belakangku, mengamati dari arah jendela, ya dugaanku  benar, dia sedari tadi berada di teras dan mengamatiku dari balik jendela.
Yah.., ini yang kesekian kalinya saya melihat refleksi sosok yang tanpa sengaja tertangkap oleh cermin. Dan dari pengalamanku sebelumnya, tiap kali saya menoleh ke belakang, sosok itu akan lenyap, begitu juga dengan refleksinya di cermin, jadi kali ini kucoba untuk tidak menoleh ke belakang, tengkukku masih tegang, bulu kudukkku masih merinding, kucoba amati layar laptop, memicingkan mata, sosok itu bersurban, pakaian putih, dan memegang tongkat, tapi wajahnya tidak begitu terefleksi dengan jelas. Sesosok kakek bersurban dan bertongkat.., siapa dia ?
Cukup mengamati dari layar laptop, saya memberanikan diri untuk menoleh ke belakang, terasa berat , tapi penasaranku akan wajah kakek ini lebih besar, tapi sama.., sosok itu menghilang, kembali kutatap layar latop, berharap bayangan itu masih ada, tapi nihil...
Ya sudahlah.., sosok kakek itu sudah pergi.., mungkin dia kecewa melihatku kalah dalam game onet tadi. Kuputuskan untuk beranjak  tidur, tak sabar menanti esok dan menceritakan kejadian tadi pada kak Ebo’, teman seposkoku dulu yang sering menantangku  ber_uka-uka,  saya selalu merasa dia mempunyai sesuatu yang “lain”.


Tulisan ini termasuk dalam "permainan menulis" dengan teman-teman keren yang sama-sama ingin belajar menulis, #CeritaBulanMei.

It was...

| | 2 komentar
“Saya suka satu dari mereka” ucapku sambil menatap ke arah lapangan basket.
“iya ?, yang mana ?” timpal Dina penasaran, penasaran dengan arah tatapanku.
“Ardi ?” Nur coba menebak. Satu dari 3 anak ini yang cukup manis.
“Bukan” balasku sambil tetap menatap satu anak yang masih asik bermain basket.
“Zaky ?” Dina mencoba menebak dengan nama yang memang dulu pernah berusaha dekat denganku.
 “Bukan” aku menggeleng, tersenyum karena sepertinya mereka tidak bisa menebak dengan tepat.
“Ka’ Edrik, Esra, Wawan ?” Nur masih mencoba tuk menebak
“hahah.., bukaaan, kalian koq masih gak bisa nebak sih saya sukanya ma siapa, U dont know me so well deh..,” geli dengan tebakan Nur yang dah mulai ngawur menurutku.
“ooooh, i know, Dayat kan ?” Dina menunjuk ke arahku, tatapannya seolah yakin dengan tebakannya kali ini. Aku terdiam, tersenyum, dan masih menatap ke lapangan basket, menatap ke arah Dayat lebih tepatnya. Dayat dengan postur tubuhnya yang boleh dikata masih imut untuk anak seumuran kelas 3 SMP, tapi lincahnya tidak usah diragukan, buktinya dia tetap masuk dalam tim basket sekolah.
“Ya kan ?” Dina kembali bertanya, menuntut jawaban dariku. Sekali lagi kutersenyum dan mengangguk.
“Cieeeeee....” Nur dan Dina kompak mencolek lenganku dan saya masih tersenyum menatap ke arah lapangan basket, menyeruput  es teh yang sedari tadi dalam hayalanku ingin menyodorkannya buat  Dayat ketika dia lelah.

Tapi itu sudah 8 tahun yang lalu, percakapan ketika saya masih duduk di kelas 3 SMP bersama 2 sahabatku. 4 tahun pertama yang saya habiskan untuk menjadi pengagum rahasia, sebenarnya bukan rahasia sih, dia tau arti senyumku buat dia seperti apa, kami juga sempat dekat,  tapi cuma bentar, dia lebih nyaman menganggapku sebagai sahabat, sebagai saudara. 4tahun sekelas dengannya, membuatku tidak bisa memalingkan tatapan dan senyum ini. 4tahun selanjutnya saya habiskan dengan kesibukan kampus tapi ditanya untuk siapa senyum ini, nama Dayat masih terlintas, jelas. Sekarang kuliahku menginjak semester akhir, memang masih ada senyum buat Dayat, tapi senyum itu sudah beda, senyum yang lebih kepada sahabat, sama dengan arti senyumannya kepadaku.
Tatapan dan senyum yang dulu buat sosok anak imut dilapangan basket itu juga masih ada, hanya saja objek tatapannya sudah berganti, berpaling untuk sosok yang lain, sosok yang tidak ada imutnya sama sekali menurutku, tapi dia lucu, senyum ini bisa mengembang sebagai tawa saat bersamanya, yah saya suka heppy ending.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info
 
Tulisan ini termasuk dalam "permainan menulis" dengan beberapa teman keren saya, yang sama-sama ingin belajar menulis, #CeritaBulanMei



Me n d'distances

| | 2 komentar
#sigh...
It’s been one year since we first meet..,
it’s been one year since u hold my hand for the first time..,
it’s been one year...

Suck.., ntahlah... kita biarkan saja tangan ini menari diatas keyboard, biarkan dia mengurai kata demi kata, melepaskan apa yang ia kehendaki, seandainya ia mampu menjerit mungkin akan lebih lega rasa ini, membiarkan semua mengalir seperti apa adanya, dan tak usah hiraukan endingnya akan seperti apa. 
Acak.., random.., tidak beralur...

Ah, seandainya saat ini kau ada dsini, ada dsini seperti tepat pada satu tahun yang lalu, akankah kita tetap akan sama sepakat untuk mengulang apa yang telah kita lalui, apa yang yang telah kita rasa, apa yang telah kita bicarakan, apa yang telah kita tertawakan, apa yang telah kita tangisi, apa yang telah membuat kita tersenyum sendiri, “Yeah, i do with my pleasure to rewind thats all”.

Meski jarak ini bukan hal yang dapat dengan mudah untuk diabaikan, tapi sejauh ini kita tetap bertahan dengan jarak ini, jarak yang mengajarkan kita untuk bisa lebih bersabar, jarak yang membuat rindu ini makin terasa, jarak yang mengajarkan kita untuk trust to each other, jarak yang mengajarkan kita untuk saling mengerti, so whats the matter of distance ?,  the  matter is just one saya benci jarak dengan perbedaan zona waktu.

Setahun.., apa yang telah terjadi selama setahun ini ? Satu tahun dengan jarak yang tak kunjung mendekat, satu tahun dengan jarak yang terkadang membuatmu putus asa dan bertanya “apakah hubungan  ini akan berhasil ?”, tapi setidaknya kita telah  melalui satu tahun ini, yah ini semacam tidak berarti, belum seberapa, tapi setidaknya selama setahun ini kita telah berusaha untuk bertahan dan saya bangga akan hal itu.

Kau bertanya apa yang menjadi moment favoritku ? saat jarak tak akan lagi jadi pemisah antara kita jawabku tersenyum, saat menanti kedatanganmu di bandara. Saat dimana tiap detiknya adalah hal yang boleh dikata paling menggemaskan,  saat pandangan ini terhenti pada sosok dirimu, saat pemikiran ini telah yakin bahwa sosok itu adalah dirimu, saat rasa ini yakin bahwa kau datang dalam keadaan sehat,  kemudian menikmati saat dimana kau berjalan menuju ke arahku, menikmati tiap langkahmu yang membuat jarak antara kita semakin dekat, semakin dekat.., semakin dekat..,  sampai akhirnya tangan ini mampu menggapai tanganmu, erat,  tersenyum dan berjalan beriringan, yah dan kau tepat ada di sampingku tentu saja...

Free Music Online
Free Music Online


free music at divine-music.info